Pendidikan Guru
Translate
Minggu, 13 Desember 2020
Kamis, 03 Desember 2020
MENGHADAPI DELIQUENCY ANAK
Delinkuensi adalah segala macam atktifitas atau
kegiatan yang dilakukan oleh remaja dimana aktifitas yang dilakukannya
bertentangan dengan norma-norma sosial terutama norma hukum , kenakalan remaja merupakan suatu bentuk ketimpangan
penanganan terhadap pendidikan anak akibat ketidak mampuan orang tua, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat.
Delinkuensi (delinquency) berasal dari bahasa Latin
“delinquere”, yang diartikan terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
menjadi jahat, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,
pengacau, penteror dan tidak dapat diatur. Delinkuensi itu selalu mempunyai
konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh
anak-anak muda dibawah usia 22 lahun. Delinkuensi adalah perilaku jahat
anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak
dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2014).
Di dalam masyarakat deliquensi bisa muncul karena beberapa faktor, antara lain :Adanya dissorganisasi keluarga, disorganisasi keluarga adalah tidak berjalan fungsi dan peranan keluarga sehingga akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat secara umum. Proses terjadinya disorganisasi (keretakan) keluarga ini dilatar belakangi dengan adanya masalah dalam anggota-anggota masyarakat, yang dianggap gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Bentuk atau macam-macam yang terjadi dalam keretakan keluarga (broken home) tersebut, diantaranya adalah Keluarga yang tidak lengkap muncul akibat dari hubungan di luar nikah, Keluarga yang mengalami pisah ranjang atau perceraian, Buruknya komunikasi di dalam keluarga, adanya kesibukan dalam mengurus anak dan mengurus keuangan, hilangnya pimpinan rumah tangga atau orang yang berkedudukan sebagai pimpinan, karena meninggal, dihukum, atau bertugas ke luar kota dalam jangka waktu lama. Dissorganisasi keluarga , adalah Salah satu faktor penyebab kenakalan remaja karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak bisa mengalami tekanan mental.
Faktor Sosial, Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan anak anak , dapat meliputi status sosio-ekonomi dan kualitas lingkungan tempat tinggal. sosio-ekonomi merupakan kondisi ekonomi orang tua dari anak tersebut Sebagai contoh, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kenakalan. Faktor sosiologis meliputi latar belakang keluarga, komunitas dimana remaja berada dan lingkungan masyarakat sekitar.
3. Faktor
psikologis meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian anak , faktor pemicunya
deliqunsi , menurut sosiolog Kartono,
antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil
menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh
dunia luar yang kurang baik.
Beberapa cara menghadapi Deliquensi anak
, antara lain :
1. Memberikan anak wadah atau tempat untuk menyalurkan aktifitasnya ( misal :
anak suka menari maka orang tua bisa mengikutkanya di sanggar tari ), ketika
anak sibuk menyalurkan kreatifitas dan hobinya maka kemungkinan anak melakukan
kenalakan sangat kecil.
2. Mengajak anak selalu sharing. Menurut anak tempat ternyaman dalam
menyalurkan permasalahan yaitu keluarga, terutama ibu. Maka anak harus sering
diajak sharing berbagai masalah yang dihadapi, baik itu permasalahan sekolah
maupun permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan psikologis anak.
3.
Berilah sanksi yang mendidik kepada anak yang melakukan kesalahan. Sanksi
yang bersifat kekerasan fisik bisa menimbulkan anak menjadi trauma, bahkan anak
akan malah menjadi nakal, karena mereka akan melakukan pemberontakan terhadap
cara mendidik orang tua.
4. Berilah anak motivasi –motivasi kecil ketika mereka akan mengerjakan
sesuatu dan jangan lupa selalu memuji anak dengan kata-kata “ hebat, pintar,
cantik, ganteng , bagus “. Pemberian motivasi dan ucapan yang menyenangkan anak
dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak.
5.
Mengarahkan anak dan memantau lingkungan pergaulang anak, perkembangan anak
banyak ditentukan oleh pengaruh dari teman sepermaian , ketika anak bergaul
dengan orang-orang yang baik secara otomatis dia akan baik dan sebaliknya.
6. Selalu jaga keharmonisan keluarga, sebagai orang tua harus bisa menjaga
keharmonisan keluarganya, hilangkan semua sifat egois diantara anggota
keluarga. Ketika anak hidup pada keluarga yang harmonis , anak akan merasa
nyaman, dan aman.
Semua anak akan mengalami
problem, ketika anak mengalami problema maka ada diantara mereka tidak mampu
menghadapi dan memecahkannya. Maka hal ini akan menimbulkan deliquensi . Deliquensi
anak akan menimpa siapapun itu, maka jangan sampai ada kesalahan dalam mendidik
dan mengatasi permasalah yang dihadapi anak.
Minggu, 29 November 2020
TIPS BELAJAR EFEKTIF DAN MENYENANGKAN
Setiap manusia atau individu pasti melaksanakan proses
belajar, proses belajar yang dilaksanakan individu dimualai sejak dini sampai
akhir hayatnya. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Proses belajar yang dilaksanakan merupakan akibat dari adanya interaksi sosial.
Belajar adalah proses memperoleh perubahan tingkah laku ( Kongnitif, afketif ,
psikomotorik ) untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan
lingkungan secara efektif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prose belajar
: faktor internal ( faktor yang
berasal dari dalam individu ) , faktor ini meliputi : nurtisi yang diperoleh
individu sejak dini, faktor Psikis ( faktor yang berhubungan dengan Psikologis
atau kejiwaan individu, misal : kecerdasan , motivasi , minat, sikap , dan
kebiasaan belajar. Faktor eksternal
( faktor yang berasal dari luar individu )
, antara lain : faktor sosial ( meliputi manusia dan masyarakat sekitar
individu ), faktor non sosial ( keadaan tekanan udara , suasana lingkungan
fisik , kelengkapan fasilitas ).
Proses belajar berkaitan dengan individu
selaku subjek , Individu merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang memiliki karakteristik yang unik, karaktertistik
tersebut meyebabkan perbedaan dalam cara memperoleh pengetahuan, ada beberapa
tipe belajar , antara lain : tipe Auditori ( tipe belajar seorang individu yang
lebih suka dengan mendengarkan ), tipe Visual ( tipe belajar dengan cara
melihat), tipe Kinestetik ( tipe belajar yang tidak cukup dengan mendengar dan
melihat melainkan dengan pembuktian lewat sentuhan atau praktik ).
Proses belajar tidak terlepas dari kegiatan
sehari-hari siswa , namun masih banyak siswa kurang senang dengan kegiatan
belajar, bagi sebagian siswa belajar merupakan kegiatan yang membosankan .
Lantas bagaimana agar motivasi belajar siswa meningkat, ada beberapa tipe dan
trik belajar efektif serta menyenangkan.
Pertama,
menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinyu . Siswa diarahkan untuk mau
berlatih membiasakan diri belajar secara
kontinyu setiap hari. Orang tua selaku
agen yang berpengaruh pada pembentukan karakteristik dan kepribadian siswa harus ikut mendukung kegiatan belajar
anak. Anak diarahkan untuk membuat schadule kegiatan belajar dan dilakasanakan
secara berkelanjutan.
Kedua , siswa diharapkan
memahami tipe belajar yang dimiliki. Tipe
belajar yang dimiliki siswa beraneka ragam , sebagai orang tua harus mau
memberi fasilitas belajar siswa sesuai dengan tipenya masing-masing, misal :
jika seorang anak menyukai tipe belajar visual maka orang tua bisa menyediakan
laptop dan kuota internet, dengan sarana tersebut anak bisa mencari
gambar-gambar yang menarik atau grafik di internet yang dikaitkan dengan materi
yang dipelajari.
Ketiga , mencari
posisi yang nyaman ketika belajar. Situasi dan suasana yang rileks berpengaruh
pada efektifitas belajar , biasanya anak lebih senang belajar dalam situasi
yang santai dengan tempat yang bersih dan rapi ( misal : kamar yang rapi merupakan tempat yang paling nyaman bagi anak dalam melakukan
kegiatan belajar, belajar di kamar dengan diiringi alunan musik lembut bisa
menimbulkan mood belajar anak ).
Keempat ,
membuat tempelan dinding di ruang
belajar. Motivasi belajar bisa muncul karena adanya stimulus dari luar
individu. Stimulus tersebut bisa berasal dari orang-orang yang disayangi (
orang tua, orang lain yang dekat dengan anak ). Ajarkan anak untuk membuat
smile note berkaitan dengan materi yang dianggap sulit. Smile note tersebut
bisa di tulis di foto atau gambar dari orang yang disayangi anak, kemudian
ditempelkan di dinding ruang belajar anak.
Kelima
, menjauhkan alat komunikasi ketika belajar. Penggunaan alat komunikasi yang
tidak sesaui dengan waktu dan pemakaian yang terlalu sering bisa membawa dampak
negatif bagi anak. Alat komunikasi gadget berupa smartphone dapat berpengaruh pada tingkat konsentetrasi
belajar anak, selain itu dampak negatif penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi berupa internet ( aplikasi google ) mengurangi daya kreatifitas
anak, karena aplikasi tersebut menawarkan dan memberikan layanan kemudahan , misal : ketika siswa mendapatkan
tugas dari guru mereka langsung mencarinya dengan mudah di aplikasi tersebut
tanpa berfikir panjang.
Keenam , membiasakan budaya membaca. Membaca memiliki
peran yang sangat vital dalam peningkatan kecerdasan dan pengetahuaan. Membaca adalah
aktifitas membaca agar dapa memperoleh informasi yang disampaikan di dalam
bahan bacaan ( Yunus ,2012 ). Dengan membaca dapat menstimulus otak , otak dapat
berkembang secara aktif serta melatih otak melakukan analisa kecil-kecilan, dan
dengan membaca dapat memperoleh berbagai informasi. Kegiatan membaca bagi siswa sangat sulit dilakukan, siswa
diarahkan untuk selalu memiliki prinsip “ Bring a Book Everywhere You Go”. Dengan
prinsip tersebut maka siswa akan terbiasa membaca.
Berbagai
trik dan tips belajar , diharapkan siswa lebih giat dan termotivasi dalam
kegiatan belajar. Semakin giat belajar maka akan menciptakan generasi yang
cerdas , mampu mengadapi tantangan zaman, serta membentuk generasi yang
bermartabat.
Jumat, 27 November 2020
Stop Kekerasan Anak di Masa Pandemi Covid 19
Covid-19 telah mewabah hampir di seluruh dunia,
tak terkecuali juga Di Indonesia, bahkan sekarang pandemi Covid-19 telah
menjadi momok yang menakutkan di seluruh lapisan masyarakat. Seiring semakin
merebahnya wabah Covid-19 menimbulkan dampak negatif di berbagai bidang
kehidupan, baik bidang politik, sosial, ekonomi dan pendidikan.
Dampak adanya pandemi ini yang paling dirasakan
secara langsung di bidang pendidikan yaitu perubahan sistem pembelajaran.
Sistem pembelajaran yang lazim di
lakukan dengan tatap muka di sekolah berubah menjadi sistem pembelajaran Daring
di lakukan jarak jauh dari rumah.
Proses pembelajaran secara daring yang telah
dilaksanakan mulai bulan Maret ternyata mempengaruhi terhadap peningkatan tindak kekerasan / Violence terhadap anak. Kekerasan yang dialami seorang
anak tidak hanya dilakukan oleh orang asing saja melainkan bisa juga dilakukan
oleh salah satu anggota keluarga/ orang terdekat dengan korban. Berbagai macam
tindak kekerasan yang terjadi pada anak bisa secara fisik maupun psikologis,
verbal maupun non verbal. Beberapa contoh nyata tindak kekerasan anak yang
terjadi di masyarakat antara lain : sering terjadinya pembentakan anak oleh
orang tua ketika mereka tidak mampu mengerjakan tugas, tekanan psikologis anak
ketika dipaksa untuk mengerjakan tugas yang banyak ,sulit dan harus
selesai dalam jangka waktu yang singkat,
kekerasan fisik anak yang terbaru lainya
seperrti dikutip dari suara Banten “
Pembunuhan anak kandung yang berusia
enam tahun oleh orang tua kandungya
karena tidak mau mengerjakan tugas sekolah di Banten " (14/9/20)
Kekerasan demi kekerasan yang dialami oleh anak di
masa pandemi Covid -19 ini Jika ditelaah secara mendalam , banyak faktor yang
menjadi pemicunya , salah satu faktor Ekonomi yang dihadapi oleh orang tua
selaku bagian dari anggota keluarga. Menurut Wakil ketua KPAI , Rita Pranawati
menyebutkan ada kondisi seorang ibu tega melakukan kekerasan karena adanya
tekanan faktor ekonomi.
Tekanan ekonomi yang dialami orang tua ditambah
beban orang dalam mendampingi proses belajar anak dirumah menjadikan orang tua
depresi , sehingga secara tidak sadar mereka meluapkan emosi dengan jalan
membentak dan melakukan pemukulan terhadap anak. Sedangkan kekerasan anak
secara psikologis dapat kita lihat dari tekanan yang dialami anak selaku
peserta didik dimana mereka dipaksakan harus mampu mengerjakan tugas yang
banyak dalam waktu yang telah di tentukan.
Berbagai dampak negatif yang sering dilupakan jika
anak mengalami kekerasan fisik maupun psiologis yaitu menjadikan anak trauma,
mengurangi rasa percaya diri pada anak, memicu masalah kesehatan mental, dan
dampak terburuknya ketika anak beranjak dewasa mereka akan melakukan mitasi
perilaku kekerasan seperti yang pernah dialaminya ketika masih kecil.
Semestinya dalam era pandemi saat ini anak
harus mendapatkan kasih sayang dan
kebahagiaan yang baik. Tidak justru mendapatkan tekanan secara fisik maupun
psikologis. Sehingga dengan kondisi fisik dan
psikologis yang baik akan tercipta imun yang kuat. Dalam sebuah ungkapan
yang lazim didengar bahwa “ Mens sara in
corpore sano “ di dalam tubuh yang sehat akan tercipta jiwa yang kuat.
Lantas bagaimana agar tindak kekerasan pada anak
di masa pandemi Covid-19 ini bisa diminimalisir. Dalam konteks ini harus adanya
upaya pencegahan maupun upaya mengatasinya. Berbagai upaya mengatasinya harus melibatkan peran dari berbagai pihak,
baik pihak keluarga, pihak guru sebagai pendidik dan pihak pemerintah.
Peran keluarga,
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama dalam
proses tumbuh kembangnya anak. Proses sosialisasi anak akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian , jika seorang anak berhasil
dengan baik dalam proses sosialisasinya maka akan terbentuk kepribadian yang
baik pula, dan sebaliknya. Orang tua sebagai pihak yang terlibat langsung
dengan perkembangan fisik dan psikologis anak harus mampu memberi motivasi dan
arahan yang baik kepada anak, janganlah memaksakan anak untuk mengikuti
keinginan orang tua. Mindset orang tua yang malu jika anaknya tidak bisa
berprestasi, malu ketika anaknya tidak mampu mengikuti temanya yang pandai itu
harus diubah. Biarkan anak belajar bersosialisasi secara normal tanpa adanya
tekanan dari orang tua. Karena anak bukanlah robot yang bisa diatur sesaui
keinginan , melainkan individu yang unik dengan beragam kelebihanya.
Ketika keluarga dihadapkan oleh berbagai tekanan
ekonomi alangkah bijaknya jika sebagai orang tua harus mampu menahan beban itu tanpa harus
meluapkan ke anak. Untuk mengurangi beban orang tua pada saat daring di rumah ,
orang tua harus aktif berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan ketika seorang anak merasa kesulitan dengan
permasalahan sekolah, selain itu orang tua harus mau mendampingi anaknya ketika
menggunakan hp/ laptop dalam proses pembelajaran daring, jangan biarkan anak
asyik bermain hp , membuka situs negatif dengan alasan belajar. Karena zaman
sekarang ini situs online juga bisa menjadi sarana bagi seseorang untuk
melakukan tindak kekerasan secara verbal terhadap anak.
Peran guru sebagai pendidik,
Guru merupakan orang tua kedua bagi anak selaku
peserta didik, seharusnya guru tidak hanya mampu mendidik anak , tapi juga
harus bisa memotivasi, memberi rasa nyaman
dan aman pada anak. Pandanglah siswa sebagai anak kandung sendiri bukan
sebagai peserta didik. Guru seharusnya bisa ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh anak. Ketika guru memberikan tugas kepada anak harus bisa melihat apakah
sebagian besar dari mereka mampu untuk mengerjakan tugas tersebut. Jangalah
siswa dibebani oleh tugas yang banyak dengan waktu yang singkat.
Guru juga harus mampu melihat dan mengamati
bagaimana kondisi perekonomian rata-rata para peserta didik. Ketika melakukan
proses pembelajaran daring tidak perlu memaksakan harus menggunakan aplikasi
yang membutuhkan kuota banyak. Gunakan aplikasi yang bisa dijangkau oleh anak.
Seperti Google form, Whatssap group mapel.
Tentunya dengan kerjasama semua pihak baik keluarga
dan guru sebagai pendidik dapat mengurangi tindak kekerasan pada anak. Anak
merupakan anugerah dari Tuhan dan generasi penerus bangsa yang harus dijaga.
Pada masa pandemi ini jangan lupa selalu jaga
kesehatan , cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menerapkan
sosial distancing dan psikal distancing, serta selalu memakai masker di
keramaian. Dan dengan adanya pandemi Covid-19 ini jangan jadikan alasan untuk
melakukan kekerasan pada anak. Tapi jadikan pandemi ini untuk membangun moment
yang indah untuk selalu bersama anak. Sekali lagi selalu waspada, kekerasan
terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh orang yang jauh tetapi sering
dilakukan tanpa sadar oleh orang disekitar anak. Dengan demikian siapapun harus bertanggung jawab terhadap dalam
meminimalisasi kekerasaan terhadap anak baik kekerasan verbal maupun fisik.
-
Covid-19 telah mewabah hampir di seluruh dunia, tak terkecuali juga Di Indonesia, bahkan sekarang pandemi Covid-19 telah menjadi momok yan...
-
Setiap manusia atau individu pasti melaksanakan proses belajar, proses belajar yang dilaksanakan individu dimualai sejak dini sa...
-
Delinkuensi adalah segala macam atktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh remaja dimana aktifitas yang dilakukannya bert...