Translate

Kamis, 03 Desember 2020

MENGHADAPI DELIQUENCY ANAK

 

              Delinkuensi adalah segala macam atktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh remaja dimana aktifitas yang dilakukannya bertentangan dengan norma-norma sosial terutama norma hukum , kenakalan remaja merupakan suatu bentuk ketimpangan penanganan terhadap pendidikan anak akibat ketidak mampuan orang tua, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat.

                Delinkuensi (delinquency) berasal dari bahasa Latin “delinquere”, yang diartikan terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas menjadi jahat, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror dan tidak dapat diatur. Delinkuensi itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 lahun. Delinkuensi adalah perilaku jahat anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartono, 2014).

            Di dalam masyarakat deliquensi bisa muncul karena beberapa faktor, antara lain :Adanya dissorganisasi keluarga, disorganisasi keluarga adalah tidak berjalan fungsi dan peranan keluarga sehingga akan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat secara umum. Proses terjadinya disorganisasi (keretakan) keluarga ini dilatar belakangi dengan adanya masalah dalam anggota-anggota masyarakat, yang dianggap gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peranan sosialnya.

Bentuk atau macam-macam yang terjadi dalam keretakan keluarga (broken home) tersebut, diantaranya adalah Keluarga yang tidak lengkap muncul akibat dari hubungan di luar nikah, Keluarga yang mengalami pisah ranjang atau perceraian, Buruknya komunikasi di dalam keluarga, adanya kesibukan dalam mengurus anak dan mengurus keuangan, hilangnya pimpinan rumah tangga atau orang yang berkedudukan sebagai pimpinan, karena meninggal, dihukum, atau bertugas ke luar kota dalam jangka waktu lama. Dissorganisasi keluarga , adalah Salah satu faktor penyebab kenakalan remaja karena  keluarga yang tidak harmonis menyebabkan anak bisa mengalami tekanan mental.

          Faktor Sosial,  Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan anak  anak , dapat meliputi status sosio-ekonomi dan kualitas lingkungan tempat tinggal. sosio-ekonomi merupakan kondisi ekonomi orang tua dari anak tersebut Sebagai contoh, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kenakalan. Faktor sosiologis meliputi latar belakang keluarga, komunitas dimana remaja berada dan lingkungan masyarakat sekitar.

3.                       Faktor psikologis meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian anak , faktor pemicunya deliqunsi ,  menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.

Beberapa cara menghadapi Deliquensi anak , antara lain :

1.   Memberikan anak wadah atau tempat untuk menyalurkan aktifitasnya ( misal : anak suka menari maka orang tua bisa mengikutkanya di sanggar tari ), ketika anak sibuk menyalurkan kreatifitas dan hobinya maka kemungkinan anak melakukan kenalakan sangat kecil.

2.  Mengajak anak selalu sharing. Menurut anak tempat ternyaman dalam menyalurkan permasalahan yaitu keluarga, terutama ibu. Maka anak harus sering diajak sharing berbagai masalah yang dihadapi, baik itu permasalahan sekolah maupun permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan psikologis anak.

3.      Berilah sanksi yang mendidik kepada anak yang melakukan kesalahan. Sanksi yang bersifat kekerasan fisik bisa menimbulkan anak menjadi trauma, bahkan anak akan malah menjadi nakal, karena mereka akan melakukan pemberontakan terhadap cara mendidik orang tua.

4.    Berilah anak motivasi –motivasi kecil ketika mereka akan mengerjakan sesuatu dan jangan lupa selalu memuji anak dengan kata-kata “ hebat, pintar, cantik, ganteng , bagus “. Pemberian motivasi dan ucapan yang menyenangkan anak dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak.

5.      Mengarahkan anak dan memantau lingkungan pergaulang anak, perkembangan anak banyak ditentukan oleh pengaruh dari teman sepermaian , ketika anak bergaul dengan orang-orang yang baik secara otomatis dia akan baik dan sebaliknya.

6.   Selalu jaga keharmonisan keluarga, sebagai orang tua harus bisa menjaga keharmonisan keluarganya, hilangkan semua sifat egois diantara anggota keluarga. Ketika anak hidup pada keluarga yang harmonis , anak akan merasa nyaman, dan aman.

                Semua anak akan mengalami problem, ketika anak mengalami problema maka ada diantara mereka tidak mampu menghadapi dan memecahkannya. Maka hal ini akan menimbulkan deliquensi . Deliquensi anak akan menimpa siapapun itu, maka jangan sampai ada kesalahan dalam mendidik dan mengatasi permasalah yang dihadapi anak.     

 

Minggu, 29 November 2020

TIPS BELAJAR EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

 

          Setiap manusia atau individu pasti melaksanakan proses belajar, proses belajar yang dilaksanakan individu dimualai sejak dini sampai akhir hayatnya. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil pengalaman atau latihan yang diperkuat. Proses belajar yang dilaksanakan merupakan akibat dari adanya interaksi sosial. Belajar adalah proses memperoleh perubahan tingkah laku ( Kongnitif, afketif , psikomotorik ) untuk memperoleh respon yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efektif.



           Faktor-faktor yang mempengaruhi prose belajar : faktor internal ( faktor yang berasal dari dalam individu ) , faktor ini meliputi : nurtisi yang diperoleh individu sejak dini, faktor Psikis ( faktor yang berhubungan dengan Psikologis atau kejiwaan individu, misal : kecerdasan , motivasi , minat, sikap , dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal ( faktor yang berasal dari luar individu )  , antara lain : faktor sosial ( meliputi manusia dan masyarakat sekitar individu ), faktor non sosial ( keadaan tekanan udara , suasana lingkungan fisik , kelengkapan fasilitas  ).

          Proses belajar berkaitan dengan individu selaku subjek ,  Individu merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki karakteristik yang unik, karaktertistik tersebut meyebabkan perbedaan dalam cara memperoleh pengetahuan, ada beberapa tipe belajar , antara lain : tipe Auditori ( tipe belajar seorang individu yang lebih suka dengan mendengarkan ), tipe Visual ( tipe belajar dengan cara melihat), tipe Kinestetik ( tipe belajar yang tidak cukup dengan mendengar dan melihat melainkan dengan pembuktian lewat sentuhan atau praktik ).

          Proses belajar tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari siswa , namun masih banyak siswa kurang senang dengan kegiatan belajar, bagi sebagian siswa belajar merupakan kegiatan yang membosankan . Lantas bagaimana agar motivasi belajar siswa meningkat, ada beberapa tipe dan trik belajar efektif serta menyenangkan.

          Pertama, menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinyu . Siswa diarahkan untuk mau berlatih membiasakan  diri belajar secara kontinyu  setiap hari. Orang tua selaku agen yang berpengaruh pada pembentukan karakteristik dan kepribadian  siswa harus ikut mendukung kegiatan belajar anak. Anak diarahkan untuk membuat schadule kegiatan belajar dan dilakasanakan secara berkelanjutan.

          Kedua , siswa diharapkan memahami tipe belajar yang dimiliki.  Tipe belajar yang dimiliki siswa beraneka ragam , sebagai orang tua harus mau memberi fasilitas belajar siswa sesuai dengan tipenya masing-masing, misal : jika seorang anak menyukai tipe belajar visual maka orang tua bisa menyediakan laptop dan kuota internet, dengan sarana tersebut anak bisa mencari gambar-gambar yang menarik atau grafik di internet yang dikaitkan dengan materi yang dipelajari.

           Ketiga , mencari posisi yang nyaman ketika belajar. Situasi dan suasana yang rileks berpengaruh pada efektifitas belajar , biasanya anak lebih senang belajar dalam situasi yang santai dengan tempat yang bersih dan rapi ( misal : kamar  yang rapi merupakan  tempat yang paling nyaman bagi anak dalam melakukan kegiatan belajar, belajar di kamar dengan diiringi alunan musik lembut bisa menimbulkan mood belajar anak ).

          Keempat , membuat  tempelan dinding di ruang belajar. Motivasi belajar bisa muncul karena adanya stimulus dari luar individu. Stimulus tersebut bisa berasal dari orang-orang yang disayangi ( orang tua, orang lain yang dekat dengan anak ). Ajarkan anak untuk membuat smile note berkaitan dengan materi yang dianggap sulit. Smile note tersebut bisa di tulis di foto atau gambar dari orang yang disayangi anak, kemudian ditempelkan di dinding ruang belajar anak.

          Kelima , menjauhkan alat komunikasi ketika belajar. Penggunaan alat komunikasi yang tidak sesaui dengan waktu dan pemakaian yang terlalu sering bisa membawa dampak negatif bagi anak. Alat komunikasi gadget berupa smartphone  dapat berpengaruh pada tingkat konsentetrasi belajar anak, selain itu dampak negatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi berupa internet ( aplikasi google ) mengurangi daya kreatifitas anak, karena aplikasi tersebut menawarkan dan memberikan layanan  kemudahan , misal : ketika siswa mendapatkan tugas dari guru mereka langsung mencarinya dengan mudah di aplikasi tersebut tanpa berfikir panjang.

          Keenam  , membiasakan budaya membaca. Membaca memiliki peran yang sangat vital dalam peningkatan kecerdasan dan pengetahuaan. Membaca adalah aktifitas membaca agar dapa memperoleh informasi yang disampaikan di dalam bahan bacaan ( Yunus ,2012 ). Dengan membaca dapat menstimulus otak , otak dapat berkembang secara aktif serta melatih otak melakukan analisa kecil-kecilan, dan dengan membaca dapat memperoleh berbagai informasi. Kegiatan membaca  bagi siswa sangat sulit dilakukan, siswa diarahkan untuk selalu memiliki prinsip “ Bring a Book Everywhere You Go”. Dengan prinsip tersebut maka siswa akan terbiasa membaca.

         Berbagai trik dan tips belajar , diharapkan siswa lebih giat dan termotivasi dalam kegiatan belajar. Semakin giat belajar maka akan menciptakan generasi yang cerdas , mampu mengadapi tantangan zaman, serta membentuk generasi yang bermartabat.  

Jumat, 27 November 2020

Stop Kekerasan Anak di Masa Pandemi Covid 19

 

Covid-19 telah mewabah hampir di seluruh dunia, tak terkecuali juga Di Indonesia, bahkan sekarang pandemi Covid-19 telah menjadi momok yang menakutkan di seluruh lapisan masyarakat. Seiring semakin merebahnya wabah Covid-19 menimbulkan dampak negatif di berbagai bidang kehidupan, baik bidang politik, sosial, ekonomi dan pendidikan.

Dampak adanya pandemi ini yang paling dirasakan secara langsung di bidang pendidikan yaitu perubahan sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang  lazim di lakukan dengan tatap muka di sekolah berubah menjadi sistem pembelajaran Daring di lakukan jarak jauh dari rumah.

Proses pembelajaran secara daring yang telah dilaksanakan mulai bulan Maret ternyata mempengaruhi terhadap  peningkatan tindak kekerasan / Violence  terhadap anak. Kekerasan yang dialami seorang anak tidak hanya dilakukan oleh orang asing saja melainkan bisa juga dilakukan oleh salah satu anggota keluarga/ orang terdekat dengan korban. Berbagai macam tindak kekerasan yang terjadi pada anak bisa secara fisik maupun psikologis, verbal maupun non verbal. Beberapa contoh nyata tindak kekerasan anak yang terjadi di masyarakat antara lain : sering terjadinya pembentakan anak oleh orang tua ketika mereka tidak mampu mengerjakan tugas, tekanan psikologis anak ketika dipaksa untuk mengerjakan tugas yang banyak ,sulit dan harus selesai  dalam jangka waktu yang singkat, kekerasan fisik anak yang terbaru  lainya seperrti  dikutip dari suara Banten “ Pembunuhan anak kandung  yang berusia enam tahun oleh orang tua kandungya  karena tidak mau mengerjakan tugas sekolah di Banten " (14/9/20)

Kekerasan demi kekerasan yang dialami oleh anak di masa pandemi Covid -19 ini Jika ditelaah secara mendalam , banyak faktor yang menjadi pemicunya , salah satu faktor Ekonomi yang dihadapi oleh orang tua selaku bagian dari anggota keluarga. Menurut Wakil ketua KPAI , Rita Pranawati menyebutkan ada kondisi seorang ibu tega melakukan kekerasan karena adanya tekanan faktor ekonomi.

Tekanan ekonomi yang dialami orang tua ditambah beban orang dalam mendampingi proses belajar anak dirumah menjadikan orang tua depresi , sehingga secara tidak sadar mereka meluapkan emosi dengan jalan membentak dan melakukan pemukulan terhadap anak. Sedangkan kekerasan anak secara psikologis dapat kita lihat dari tekanan yang dialami anak selaku peserta didik dimana mereka dipaksakan harus mampu mengerjakan tugas yang banyak dalam waktu yang telah di tentukan.

Berbagai dampak negatif yang sering dilupakan jika anak mengalami kekerasan fisik maupun psiologis yaitu menjadikan anak trauma, mengurangi rasa percaya diri pada anak, memicu masalah kesehatan mental, dan dampak terburuknya ketika anak beranjak dewasa mereka akan melakukan mitasi perilaku kekerasan seperti yang pernah dialaminya ketika masih kecil.

Semestinya dalam era pandemi saat ini anak harus  mendapatkan kasih sayang dan kebahagiaan yang baik. Tidak justru mendapatkan tekanan secara fisik maupun psikologis. Sehingga dengan kondisi fisik dan  psikologis yang baik akan tercipta imun yang kuat. Dalam sebuah ungkapan yang lazim  didengar bahwa “ Mens sara in corpore sano “ di dalam tubuh yang sehat akan tercipta jiwa yang kuat.

Lantas bagaimana agar tindak kekerasan pada anak di masa pandemi Covid-19 ini bisa diminimalisir. Dalam konteks ini harus adanya upaya pencegahan maupun upaya mengatasinya. Berbagai upaya mengatasinya  harus melibatkan peran dari berbagai pihak, baik pihak keluarga, pihak guru sebagai pendidik dan pihak pemerintah.

Peran keluarga,

Keluarga merupakan wadah pertama dan utama dalam proses tumbuh kembangnya anak. Proses sosialisasi anak  akan berpengaruh terhadap pembentukan  kepribadian , jika seorang anak berhasil dengan baik dalam proses sosialisasinya maka akan terbentuk kepribadian yang baik pula, dan sebaliknya. Orang tua sebagai pihak yang terlibat langsung dengan perkembangan fisik dan psikologis anak harus mampu memberi motivasi dan arahan yang baik kepada anak, janganlah memaksakan anak untuk mengikuti keinginan orang tua. Mindset orang tua yang malu jika anaknya tidak bisa berprestasi, malu ketika anaknya tidak mampu mengikuti temanya yang pandai itu harus diubah. Biarkan anak belajar bersosialisasi secara normal tanpa adanya tekanan dari orang tua. Karena anak bukanlah robot yang bisa diatur sesaui keinginan , melainkan individu yang unik dengan beragam kelebihanya.

Ketika keluarga dihadapkan oleh berbagai tekanan ekonomi alangkah bijaknya jika sebagai orang tua  harus mampu menahan beban itu tanpa harus meluapkan ke anak. Untuk mengurangi beban orang tua pada saat daring di rumah , orang tua harus aktif berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan ketika   seorang anak merasa kesulitan dengan permasalahan sekolah, selain itu orang tua harus mau mendampingi anaknya ketika menggunakan hp/ laptop dalam proses pembelajaran daring, jangan biarkan anak asyik bermain hp , membuka situs negatif dengan alasan belajar. Karena zaman sekarang ini situs online juga bisa menjadi sarana bagi seseorang untuk melakukan tindak kekerasan secara verbal terhadap anak.

Peran guru sebagai pendidik,

Guru merupakan orang tua kedua bagi anak selaku peserta didik, seharusnya guru tidak hanya mampu mendidik anak , tapi juga harus bisa memotivasi, memberi rasa nyaman  dan aman pada anak. Pandanglah siswa sebagai anak kandung sendiri bukan sebagai peserta didik. Guru seharusnya bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh anak. Ketika guru memberikan tugas kepada anak harus bisa melihat apakah sebagian besar dari mereka mampu untuk mengerjakan tugas tersebut. Jangalah siswa dibebani oleh tugas yang banyak dengan waktu yang singkat.

Guru juga harus mampu melihat dan mengamati bagaimana kondisi perekonomian rata-rata para peserta didik. Ketika melakukan proses pembelajaran daring tidak perlu memaksakan harus menggunakan aplikasi yang membutuhkan kuota banyak. Gunakan aplikasi yang bisa dijangkau oleh anak. Seperti Google form, Whatssap group mapel.

Tentunya dengan kerjasama semua pihak baik keluarga dan guru sebagai pendidik dapat mengurangi tindak kekerasan pada anak. Anak merupakan anugerah dari Tuhan dan generasi penerus bangsa yang harus dijaga.

Pada masa pandemi ini jangan lupa selalu jaga kesehatan , cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menerapkan sosial distancing dan psikal distancing, serta selalu memakai masker di keramaian. Dan dengan adanya pandemi Covid-19 ini jangan jadikan alasan untuk melakukan kekerasan pada anak. Tapi jadikan pandemi ini untuk membangun moment yang indah untuk selalu bersama anak. Sekali lagi selalu waspada, kekerasan terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh orang yang jauh tetapi sering dilakukan tanpa sadar oleh orang disekitar anak. Dengan demikian siapapun harus bertanggung jawab terhadap dalam meminimalisasi kekerasaan terhadap anak baik kekerasan verbal maupun fisik.

 

 

 

 

 

 

MENGHITUNG PEKAN EFEKTIF